Isnin, 28 Oktober 2013

RITUAL YAHUDI DENGAN DARAH PERAWAN

@[494665973974978:] 


Ritual Yahudi --------------------------------TIDAK ada kata yang pas
selain menyebut Yahudi sebagai bangsa
purba.” (Arnold Toynbee, Sejarawan Inggris) Mungkin Yahudi adalah salah satu agama dimuka
bumi ini yang menjadikan pembunuhan dan kematian
sebagai jalan penyatuan hidup bersama Tuhan.
Pembunuhan dan darah adalah dua kata yang tidak
terpisahkan dari kehidupan bangsa Yahudi dari zaman
batu hingga masa kini. Jika setiap hari anda menyaksikan kengerian dan kebrutalan dari
pembantaian yang dilancarkan zionisme Yahudi di
muka bumi ini, ketahuilah bahwa nenek moyang
mereka telah memulainya ribuan tahun lamanya. Adalah sejarawan terkemuka Yahudi, Josef Kastein
(1860-1946), dalam bukunya History of Jews yang
mengatakan bahwa yang menjadi dasar ritual
pembunuhan bangsa yahudi karena menurut
pandangan kaum Yahudi darah adalah tempat jiwa
bersemayam. Kaum Yahudi zaman dahulu menjadikan darah orang
Kristen untuk dikeluarkan dari tubuhnya lalu
diminumnya. Mereka percaya bahwa dengan
meminum darah tersebut, mereka akan meraih apa
yang mereka inginkan. Mulai dari tubuh yang
sempurna hingga otak yang memiliki kecerdasan segalanya. “Because of this belief, the Jews are
known to have practiced drinking blood since they
made their first appearance in history,” tandas Willie
Martin dalam tulisannya The History of Jewish Human
Sacrifice. Ritual yang dilaksanakan kaum Yahudi ini pun sangat
mengerikan dan menakutkan. Satu orang korban bisa
dibunuh secara bergerombol di tempat keramaian.
Ada pula korban yang diikat tangannya, dan sebuah
benda tajam mulai mencincang leher mereka. Tidak
sedikit pula perut para korban digunting untuk mengeluarkan darah sebanyak-banyaknya. Deras
darah tersebut akan ditadah sebagai persembahan
dalam jamuan ritual Yahudi. Tanpa ada gurat
penyesalan atas matinya korban, para rabbi Yahudi
tersebut malah sibuk mengeringkan darah untuk
kemudian dituangkan ke dalam bejana berisi anggur dan roti. Dengan jemari kirinya, seorang Pendeta
Yahudi akan mengaduk-aduk berbagai campuran yang
sudah dimasukkan sambil membaca mantera “Dam
Issardia chynim heroff Jsyn prech harbe hossen
mashus pohorus,” (EROD, VII, 12) yang artinya “Kami
mohon agar Tuhan mau menurunkan sepuluh wabah atas semua musuh agama Yahudi (termasuk Islam).” Kekejeman demi kekejaman seperti ini amat
dimungkinkan oleh mereka, karena Yahudi adalah
agama yang menganut teologi permusuhan. Maka tak
heran, dalam melaksanakan ritualnya para pendeta
Yahudi akan berdoa agar para goyim diberikan tempat
di neraka. Ghoyim sendiri adalah orang-orang yang berada diluar agama Yahudi. Mereka beranggapan
Ghoyim adalah makhluk najis bahkan lebih hina dari
binatang seperti termaktub dalam ayat-ayat Talmud:
“Orang-orang non-Yahudi harus dijauhi, bahkan lebih
daripada babi yang sakit,” (Orach Chaiim 57, 6a).
“Orang-orang Yahudi disebut manusia, tetapi non- Yahudi tidak tergolong manusia. Mereka adalah
binatang,“ (Talmud: Baba Mezia 114b) Setelah mengucapkan mantera tersebut, sang
Pendeta akan terlihat menangis. Tangisan haru yang
tentu ditujukan bukan untuk mengasihi kita orang
Islam yang menurut mereka akan dicemplungkan ke
dalam api neraka neraka, namun tangisan itu lebih
untuk menunjukkan pelampiasan emosional mereka dalam menjalani ritual. Pesta Paskah Yahudi sendiri hanyalah satu dari
kesekian festival yang dijadikan hari dimana ritual
meminum darah dilakukan. Ia adalah perayaan yang
diselenggarakan pada hari ke-14 dalam bulan yang
disebut Nisan (Imamat 23:4; Bilangan 9:3-5, Bilangan
28:16) atau bulan pertama kalender Ibrani selama delapan hari. Festival ini berakhir pada hari ke-21
Nisan di Israel, dan hari ke-22 Nisan di luar Israel dan
dirayakan untuk memperingati keluarnya bangsa
Israel dari Mesir. Selama seminggu itu hanya roti
yang tidak beragi yang boleh dimakan, sehingga hari-
hari itu juga disebut Hari Raya Roti Tidak Beragi. Tua, muda, balita semuanya menjadi korban dari
implementasi ajaran kabbalah tersebut. Tidak ada
sejarah pasti sejak kapan ritual pembunuhan mulai
rutin dilakoni Yahudi, namun Willie Martin
menjelaskan usia dari ritual ini hampir sama tuanya
dengan orang Yahudi itu sendiri. Selain Festival Paskah, Festival yang menjadi
pelampiasan ritual pembunuhan Yahudi adalah
Festival Purim. Festival ini adalah sebuah pesta
kaum Yahudi yang dirayakan pada tanggal 14 dan 15
Adar (terakhir berlangsung 20 Maret 2011). Pesta
diselenggarakan dalam rangka peringatan atas pembebasan bangsa Yahudi oleh Mordekhai dan
Ester di bawah raja Persia Ahasyweros. Dalam
perayaan ini, banyak hal-hal unik dapat ditemui. Salah
satunya adalah penampilan berbeda para pria Yahudi
orthodox yang biasanya memakai busana hitam-
hitam, begitu juga dengan para wanitanya. Sehari sebelum Festival Purim dilaksanakan, para
Yahudi ini larut dalam doa dan puja-puja kepada
Tuhan-tuhan mereka. Tidak sedikit dari mereka juga
menjalani puasa. Namun tidak ada yang tahu bahwa
tersimpan cerita hitam dibalik perayaan yang
memaksa Pemerintahan Israel kerap menutup jalur Gaza dan Tepi Barat ini. Adalah Dr. Arnold Sepencer Leese (1878–1956),
seorang Cendekiawan Barat yang sukses menyingkap
kabut misteri Festival Purim yang teramu dalam
bukunya, Jewish Ritual Murder. Dalam bukunya, Dr.
Leese menceritakan kisah seorang pendeta Kristen
asal Italia bernama Francois Antoinne Thomas yang bepergian ke Suriah guna melakukan kerja amal
kepada masyarakat setempat. Pada 5 Februari 1840,
ia telah diminta oleh penduduk sebuah perkampungan
Yahudi untuk mendermakan obat-obatan kepada
Anak-anak di sekitat situ. Saat pulang, Thomas berkenalan dengan seorang
Yahudi yang bernama Daud Hariri dan memenuhi
permintaan Daud untuk singgah di rumahnya. Tanpa
mengetahui, undangan itu ternyata hanyalah sebuah
satu perangkap. Di rumah Daud telah siap beberapa
orang Yahudi menunggu kedatangan Thomas. Mereka adalah bapak-saudara Daud, 2 orang adik dan
2 orang Rabbi. Tanpa belas kasihan, kaki dan tangan
Thomas diangkat, mulutnya disumbat dengan sehelai
sapu tangan. Setelah hampir senja, seorang tukang gunting rambut
bernama Sulaiman (seorang Yahudi) dipanggil untuk
membantai Thomas. Tukang gunting itu agak takut-
takut tetapi Daud sendiri mengeluarkan pisau lantas
ikut terlibat sambil dibantu oleh Harun, Hariri, adik
Daud. Darah Thomas ditempatkan dalam sebuah tempat
kemudian diberi kepada Rabbi Yaakub al-Antabi untuk
diteruskan dalam sebuah acara. Rabbi Yaakub
menyapu darah segar itu pada roti suci dan dipuja
untuk hidangan Festival Purim yang bakal
berlangsung pada 14 Februari 1840. Mayat Thomas kemudian dipotong kecil-kecil dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah. Selepas itu
mereka menunggu pula kedatangan pembantu
Thomas, Ibrahim Ammar yang datang untuk mencari
keberadaan Thomas. Naas, Ibrahim menerima nasib
serupa. Ia menjadi korban upacara Festival Purim yang ditunggu-tunggu golongan Yahudi itu. Kasus inipun kemudian memancing perbincangan
besar-besaran di masyarakat Eropa, Amerika, dan
dunia Arab. Itu hanyalah satu kasus. Karena
beberapa korban Purim lainnya juga mengalami nasib
tragis.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan